Kena Kepuhunan

            Setiap daerah di Indonesia memang memiliki kepercayaannya masing-masing, apalagi dengan kepercayaan mistis yang sangat melekat pada masyarakatnya. Aku lahir dan besar di Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Timur yang kebanyakan kepercayaan mistisnya berasal dari suku Dayak Paser. Salah satu kepercayaan mistis tersebut adalah kepuhunan, yang merupakan kepercayaan tentang datangnya malapetaka jika seseorang tidak dapat memenuhi keinginannya.

Seringnya, kepuhunan dikaitkan saat seseorang bertamu dengan disuguhkan makanan. Apabila menolak jamuan, maka dia akan celaka karena dianggap menolak rezeki yang disuguhkan pemilik rumah. Juga saat seseorang sangat menginginkan untuk makan atau minum sesuatu, maka ia harus segera memenuhi keinginan itu, atau kalau tidak kejadian buruk akan menimpanya.

Sebenarnya aku bukanlah orang yang terlalu percaya pada hal-hal semacam itu, terkecuali mitos yang satu ini. Aku memaksakan diri untuk mempercayai demi mencegah diri dari peristiwa buruk yang akan terjadi. Entah benar atau tidak, aku merasa pernah mengalaminya. Saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Selepas aktivitas sekolahanan yang cukup padat, aku ingin untuk minum Es Nona, atau kalau di Jogja disebut Es Doger.

Aku dan Anak-Anak Pesisir


Sering kali aku merasa rendah diri karena aku adalah seorang yang pemalu dan introvert. Aku merasa bahwa menjadi introvert adalah sebuah kelemahan dan susah menjadi orang sukses karena tidak berani. Aku seringkali membandingkan diriku dengan orang lain, terutama yang berkepribadian ekstrovert. Dari perspektifku, orang yang ekstrovert sangat mudah untuk bersosialisasi dan membangun koneksi, banyak pengalamannya, dan juga pribadi yang disukai banyak orang. Namun, mulai sekarang aku tidak ingin lagi membanding-bandingkan diriku dengan orang lain. Aku ingin berubah, mencoba hal baru, fokus terhadap diri sendiri dan juga menjadikan diriku versi yang lebih baik.

Namun apa hubungannya diriku dengan anak-anak? Ceritaku dengan anak-anak dimulai dari ikut organisasi Nyala Litera Indonesia yang ada di Pantai Parangkusumo. Tujuanku ikut organisasi ini pada mulanya adalah untuk mencoba hal baru dan menghilangkan rasa takut yang selama ini aku takutkan yaitu berkenalan dengan orang-orang baru. Harapanku masuk organisasi ini supaya aku mendapat pengalaman baru dan bisa bersosialisasi dengan anggota-anggota lain, dari berbagai latar belakang yang mempunyai hobi sama yaitu membaca buku.

Luka Bibir Parangkusumo dan Puisi Lainnya

Luka Bibir Parangkusumo

Minggu,

Siang menjelang tersipu

Laut pucat

Ombak menyeret ikan yang sudah terbujur pucat

Penjual siomay melabuhkan plastiknya liwat pengunjung

begitupun kiprah penjual lainnya

Styrofoam,kaleng,pecahan beling sampai karet bekas alat kontrasepsi menepi tak mau kalah dengan keanekaragaman hayati!

Eh lha..masih ada lagi,

sampah dapuranmu yang kau kirim via sungai-sungai tumpah ruah membangun Istana sampah!

Surau Terapung dan Puisi Lainnya

Surau Terapung


Anak manusia duduk pada pelataran sebuah surau,

Setengah kakinya terendam air berwarna coklat,

Sesekali disambangi hempasan kecil

dari gelombang motor tempel yang melaju dengan cepat,

Sebagian Pengendalinya diburu temu,

Sebagian lagi dihantui urusan rancu.


Anak manusia masih tetap khidmat,

Dengan lamunan semu yang diramu,

Apakah hidup hanya berlangsung antara buritan dan kemudi?

Pembatasnya hanya tambah menyatukan kenang.

Kena Kepuhunan

               Setiap daerah di Indonesia memang memiliki kepercayaannya masing-masing, apalagi dengan kepercayaan mistis yang sangat meleka...