Pages

Memantik Minat Baca Anak


Dunia yang kian bergantung pada kemudahan penggunaan teknologi, menjadikan Gawai tak pernah alpa dari tuduhan sebagai pemicu kacaunya proses literasi di Indonesia. Katanya, anak jaman now mana mau membaca buku? Kan semua serba mudah ditonton lewat telepon genggam! Hampir semua yang serba tersedia di internet mampu dijangkau dengan cepat dan gampang. Jaringan nirkabel telah mudah didapatkan oleh publik untuk mengakses internet. Tak terkecuali anak-anak usia dini yang kini akrab dengan beragam sumber kesenangan di ponsel pintar.

Fitur games online dan sajian video di YouTube sering dinilai sebagai penyebab anak-anak kecanduan mengoperasikan gawai, hingga kehilangan kesempatan membaca buku. Kurikulum Darurat selama situasi pandemi Covid-19 berujung kepemilikan gawai pribadi pada anak usia dini. Hari ini, manusia berusia kurang dari sepuluh tahun sudah punya handphone sendiri. Memang, menjadi kewenangan tiap orang untuk dapat menggunakan gawai dan jenis perangkat apapun dalam mengakses informasi. Namun, sebelum tiba pada titik tersebut, sebaiknya tiap diri telah berbekal kematangan literasi. Diawali dengan aktivitas baca-tulis, menuju pada kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Buku tentu menjadi bagian dalam proses pengenalan aktivitas baca-tulis. Latihan memproses sajian kata dan gambar penunjang dalam bentuk buku cetak dipercaya sebagai langkah tepat dalam melatih otak memproses informasi yang kelak datang dari berbagai alat penunjang. Keterbatasan topik pada suatu buku dapat dimanfaatkan dalam latihan pengelolaan asumsi dan memicu keinginan mencari referensi pendukung. Tentu boleh dikatakan bahwa membaca buku mendorong terbentuknya sikap berpikir kritis. Lebih sederhananya dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak atau siapa saja menjadi mampu berhitung mengenai manfaat sekaligus dampak dari penggunaan gawai dengan durasi berlebihan.

Menghadapi situasi kemudahan fitur di ponsel, tentunya buku harus diletakkan lebih awal daripada sebuah peranti canggih. Hal itu tak hanya berlaku pada anak-anak, namun juga orang-orang yang telah dewasa. Memaksa diri meluangkan waktu untuk membaca buku, lebih dari sekadar menumbuhkan kecakapan diri sendiri, bahkan dapat menginspirasi anak-anak usia dini. Banyak yang penasaran mengenai trik mengajak anak-anak berminat membaca, padahal jawabannya sudah jelas berada pada ketika si penanya mulai membaca buku. Hal paling realistis yang sayangnya sering terlewatkan oleh para orang tua dan pengasuh anak.

Idealnya, sebelum diajak membaca buku bersama, anak-anak telah berpengalaman dalam melihat dan memperhatikan para orang dewasa melakukan hal yang sama. Ketika kebutuhan akan pengalaman tersebut telah terpenuhi, orang dewasa akan secara adil membujuk anak-anak supaya membaca buku. Dihadirkan pula buku-buku menarik dengan penunjang foto, grafis, atau bentuk lembaran buku yang unik. Berlatih membaca buku bagi anak-anak tak harus berjalan runtut dari halaman awal menuju halaman setelahnya, hingga selesai di halaman terakhir. Anak-anak diperbolehkan membaca secara acak sesuai dengan kenyamanan mereka.

Jika kondisi anak belum mampu mengeja kata per kata, membaca buku tak terbatas pada cerita dan gambar yang disediakan oleh perancang buku. Pendamping anak dapat memberi ruang pada anak untuk mengimajinasikan cerita versi mereka. Biasanya, anak-anak akan terpancing bercerita dari penampilan karakter tokoh, atau warna-warna yang mereka lihat pada halaman buku. Sedangkan, anak yang telah mampu membaca kata dan kalimat, biasanya akan senang ketika dihadirkan teman untuk membaca secara bergiliran. Tak harus teman sebaya, tapi dapat dilakukan oleh pendamping.

Perjalanan berlatih membaca buku dapat diabadikan bukan dengan berfoto atau video untuk konten media sosial, melainkan menulis jurnal harian. Anak-anak yang cenderung menyambut antusias kegiatan motorik, dapat dilibatkan dalam mencatat perkembangan diri anak melalui journaling. Pada jurnal harian tersebut, anak dapat menuliskan judul buku, juga kesan pada cerita atau tokohnya. Tak hanya dengan tulisan, anak dapat menuangkan catatan pengalaman membaca buku dengan media gambar dan kolase. Journaling dapat melatih bakat resensi buku dan menulis pada anak.

Sekalipun usianya masih dini, buku untuk anak tak terbatas pada buku cerita legenda, pendidikan karakter, atau kisah-kisah inspirasi. Pendamping dapat pula mengajak anak-anak memahami lingkungan sekitarnya melalui buku-buku ensiklopedia umum. Anak bisa diajak berkunjung ke tempat budidaya buah, sembari mengenalkan buku-buku ringan kategori pertanian. Tak sempat berjalan-jalan, pendamping dapat mengajak crafting atau memasak dari buku-buku keterampilan dan kumpulan resep masakan. Proses tersebut akan menciptakan kesadaran bahwa hidup lekat dengan buku.

Tumbuhnya kesadaran terhadap kebutuhan membaca buku pastilah memuat proses yang panjang. Sekalipun begitu, pasti pula terdapat banyak cara-cara kreatif dalam memantik minat baca bagi anak dan remaja. Mengingat kembali, bahwa bagaimanapun juga hidup harus berjalan mengiringi berkembangnya jaman. Berhenti menyalahkan praktisnya fasilitas gawai, dengan cara mempersiapkan kondisi diri yang matang dalam berliterasi.
***

Ditulis oleh Ardha Kesuma
Tinggal di Pesisir Parangkusumo dan merawat hidup bersama Nyala Litera.